IndoNLP

 

Sebagai leader, kita banyak mengalokasikan waktu dan energi emosional agar menjadi semakin baik dalam ‘berperan’ sebagai leader maupun coach. Namun, ada waktu-waktu dimana sebuah emosi negatif mengambil alih dan mengarahkannya ke situasi yang tidak menguntungkan, dan bahkan berpotensi merusak hubungan jangka panjang dengan seseorang.

Ketimbang menghindari momen-momen seperti ini, barangkali akan lebih baik kalau kita belajar dan mempraktikkan cara memberi umpan balik positif serta bagaimana mengelola percakapan-percakapan yang tergolong ‘sulit’. Di luar sana, ada banyak sekali workshop dan seminar mengenai topik ini. IndoCoach punya caranya sendiri. Meski semuanya merupakan hal yang baik dan pas, anda tetap perlu mengembangkan percakapan seperti ini dengan lebih efektif dan elegan.

Memberi tanggapan, umpan balik atau merayakan kesuksesan orang lain tampaknya hal yang mudah. Meskipun demikian, kita bisa meningkatkan dan mengungkit momen-momen ini secara lebih konstruktif .

Penelitian terbaru Profesor Shelly Gable dari University of California at Los Angeles (Gable, E.L., Reis, H.T., Impett, E.A., & Asher, E.R., “Capitalizing on Daily Positive Events”, Journal of Personality and Social Psychology, 87, 2004) menawarkan beberapa insight bagaimana kita bisa mengungkit (leverage) tanggapan kita akan perayaan sukses seseorang dengan cara-cara yang lebih menguntungkan. Risetnya menyoroti bagaimana respon yang kita berikan pada berita-berita bagus yang dibawa seseorang, secara signifikan mampu ‘mendorong’ atau malah ‘mengikis’ relasi kita dengan yang bersangkutan. Prof Shelly dkk mengembangkan sebuah matriks sederhana yang menjabarkan 4 jenis respon/tanggapan pada berita baik yang sedang orang lain bagikan:

  • Tanggapan Aktif – Konstruktif.
    Tanggapan yang disertai dengan komentar-komentar positif – baik verbal maupun non-verbal (nada suara, postur, gestur, ekspresi wajah, pola napas) – yang mengindikasikan minat dan antusiasme tulus.
    Contoh:
    “Wow, hasil yang hebat sekali, dan saya tahu berapa banyak upaya yang sudah anda berikan untuk mewujudkanya!”
  • Tanggapan Pasif – Konstruktif.
    Tanggapan yang disertai komentar positif namun dengan energi rendah dalam mendukung non-verbal.
    Contoh: “Selamat. Berita bagus.” 
  • Tanggapan Aktif – Destruktif.
    Tanggapan yang disertai komentar negatif (kadang dibungkus dengan hal positif) dan perilaku non-verbal negatif seperti mengerutkan dahi atau lenguhan.
    Contoh:
    “Sepertinya sukses anda hanya akan membawa anda ke pekerjaan yang lebih banyak lagi di masa datang.”
  • Tanggapan Pasif – Destruktif.
    Tanggapan yang tidak disertai dengan keterlibatan dan lebih tampak sebagai ketidakselarasan verbal dan non-verbal.
    Contoh: “Ya, tapi kita bisa membicarakan hal ini pada proyek berikutnya.”

Dari keempat tanggapan di atas, hanya “Tanggapan Aktif – Konstruktif” saja yang berpengaruh nyata sebagai pendorong ‘relasi’ yang lebih akrab. Dan, satu diantaranya bahkan malah berpotensi menghancurkan relasi dalam banyak konteks. Kesimpulannya, ternyata tanggapan-tanggapan kita tidaklah netral seperti yang kita duga, karena ini bisa mempererat atau malah mungkin menghancurkan relasi kita dengan orang lain.

  • Riset dan studi baru-baru ini (de Haan. Erik. “Relational Coaching”. John Wiley and Sons. Chichester. 2008) membuktikan bahwa ‘kualitas relasi dalam coaching adalah komponen terpenting yang paling mempengaruhi keberhasilan tujuan coaching’. Studi ini meletakkan ‘kualitas relasi’ diatas teknik dan alat-alat lainnya. Karena pentingnya relasi ini, maka dalam model IndoCoach Coaching 45® komponen membangun rapport diletakkan sebagai langkah pertama karena dianggap terpenting. Akibatnya, kita perlu mempertimbangkan secara hati-hati bagaimana kita bisa secara tulus melakukan “Tanggapan Positif – Konstruktif” sedemikian rupa sehingga mampu meningkatkan dan mengungkit kesuksesan orang yang sedang kita pimpin atau coach (Di fase 3 pelatihan Certified Business Coaching akan kita perdalam hal ini.)
  • Para leader atau coach yang punya gaya baku dalam kepribadiannya dan mungkin kurang ‘menggigit’ dalam menanggapi kisah perayaan kesuksesan seseorang, perlu untuk mempertimbangkan hal ini lebih jauh. Sekali lagi, menemukan komentar yang tulus tentang bagaimana kita melakukan hal ini akan merupakan sebuah eksplorasi yang sangat berharga.

 

Be a GreenCOACH™ !
(green in the traffic light means…GO!)

 

*) GreenCOACH is trademark of IndoCOACH
**) Diposting khusus untuk alumni Coaching Certification Program (Business Coaching) Batch 1& 2.

 

 

Juli 2009