IndoNLP

Artikel ini lanjutan dari bulan sebelumnya jika belum membaca klik disini

 

Perbedaan Jenis Kelamin

Baik pria maupun wanita pada awalnya merasa kesulitan untuk menaikkan dan menurunkan suara mereka pada tingkat nada yang tidak pernah mereka gunakan sebelumnya. Ini sesungguhnya merupakan hal biasa, namun tidak pernah digunakan dalam praktik.

Perlu diperhatikan juga bahwa dalam beberapa kultur, makna anggukan kepala bisa berbeda untuk pria dan wanita. Umumnya, pria mengangguk merupakan pertanda bahwa mereka setuju; sementara wanita mengangguk merupakan pertanda bahwa mereka mendengarkan. Hal ini dapat menimbulkan kebingungan dalam situasi personal dan profesional. Tak heran kalau kemudian muncul kalimat seperti: “Tapi, kata dokter tidak apa-apa jika saya terus minum”; “Tapi, Anda setuju ketika saya mengatakan bahwa saya ingin bermain golf pada hari Sabtu dan tidak memeriksakan diri.”

Karena itu, baik dokter pria maupun wanita sebaiknya menghindari anggukan kepala dan frasa-frasa afirmatif, kecuali jika mereka bermaksud untuk mengkorfimasi atau mempertegas sebuah pernyataan atau pendapat pasien.

 

Mengoptimalkan 30 Detik Pertama

Dalam dunia kerja yang berjalan dengan sangat cepat ini, sesungguhnya Anda dapat menggunakan waktu kritis, yang cuma 30 detik itu, cukup dengan bangun dan berdiri menjemput pasien Anda. Hal yang sama berlaku bagi Anda yang bukan dokter. Bangkit dan menyambut tamu yang memasuki ruangan Anda adalah cara ampuh untuk menciptakan kesan pertama yang positif. Lebih jauh, Anda bisa melakukan mirroring agar dapat membangun kedekatan hubungan (rapport) yang baik dengan pengunjung Anda.

Namun, bila Anda tidak terlalu terlatih menggunakan matching and mirroring versi NLP, berikut ini ada metoda sederhana yang memudahkan Anda ‘menyambut dan menyapa’ pasien dalam fase konsultasi. Metoda ini telah bertahun-tahun diriset dan terbukti ampuh dalam membangun relasi yang baik dengan pasien. Ada empat langkah, dan dilakukan hampir secara berurutan, yakni:

 

Pertama, membangun rapport dengan cepat (rapid rapport)

Maksudnya adalah membangun hubungan dan kedekatan dengan cepat. Caranya:

  1. Senyum sepenuhnya, bukan senyum “basa basi”. Biasakan tersenyum dengan mata Anda, seperti halnya mulut Anda.
  2. Tatap secara langsung mata pasien, rekam warna serta bentuk matanya. Ya, “menatap” bukan “melihat”.
  3. Secara diam-diam proyeksikan sebuah “pesan” keinginan baik atau ucapan selamat pada pasien. Bila Anda mampu membangun gambaran di otak, Anda dapat menciptakan sebuah gambaran internal mengenai pasien yang terlihat sehat, senang dan puas. Dampak positif dari gambaran ini akan mengubah ekspresi wajah Anda dan terlihat berminat, terlibat dan mencerminkan hal yang positif.
  4. Jika secara fisik mampu dan/atau secara budaya diijinkan, jabatlah tangan pasien Anda.

Frank Bernieri, kepala bagian psikologi di Oregon State University, seorang ahli komunikasi non-verbal, yakin bahwa jabat tangan yang tepat sangat penting untuk membangun kesan pertama. Dia mengatakan, kuat atau tidaknya jabat tangan tidak terlalu penting, tapi kontak “web-to-web” dan pertemuan dua tanganlah yang penting. Jabat tangan seharusnya dihindari jika:

  • Anda tahu atau merasa ada perbedaan budaya; jika ragu, sebaiknya hindari lakukan jabat tangan.
  • Jika pasien lemah atau sedang dalam kesakitan.
  • Pasien tersebut terlihat stress. Risiko menghubungkan keadaan psikofisik ke sentuhan (Kineastetic Anchoring) selalu ada. Lebih baik menghindari bersentuhan dengan orang-orang yang stress, terutama ketika Anda ada kemungkinan perlu mengadakan pemeriksaan nantinya.

Hal lain yang harus dihindari adalah: jangan mengulurkan tangan dengan punggung tangan menghadap ke atas (melambangkan dominansi kekuasaan) atau menghadap ke bawah (melambangkan kepatuhan atau memohon-mohon).

Jangan pula menyentuh lengan bawah, lengan atas atau pundak pasien dengan tangan Anda yang satunya lagi ketika berjabat tangan. Ini kadang bisa diartikan sebagai merendahkan atau memanipulasi/mamanfaatkan situasi jika dilakukan pada pertemuan pertama kalinya.

 

Kedua, mencapai persetujuan (concordance)

Pendekatan empat-langkah berikut, diambil dari bidang psikologi sosial dan merupakan karya Milton H. Erickson, seorang yang dikenal sangat mumpuni dalam mendapatkan concordance dari pasien-pasiennya. Pola-pola bahasa Erickson yang di dalam NLP lebih dikenal sebagai Milton Model ini sangat elegan, persuasif dan menghargai kebutuhan subjeknya. Karena medianya adalah hipnosis, mungkin hal ini bisa disamakan dengan kemauan mengikuti instruksi. Metodenya juga dirancang secara sistematis untuk mempengaruhi subjek agar yang bersangkutan benar-benar bersedia untuk bekerja sama.

 

Ketiga, Yes-sets and Negative Frames

Berdasarkan pengalaman sebagai hipnoterapis selama puluhan tahun, Erickson sadar bahwa semakin banyak persetujuan (agreement) yang dia peroleh dari pasiennya, pasiennya akan semakin setuju (acquiescent) tanpa ada resistensi. Kebenaran (truisms) atau pernyataan-pernyataan yang tidak dapat disangkal merupakan sarana yang disukainya. Proses mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang hanya dapat dijawab dengan pasti dikenal sebagai yes-sets, dan angka tiga dianggap sebagai angka ajaib.

 

Yes-sets dibungkus dalam perbincangan kecil atau percakapan biasa, misalnya:

“Jadi Anda berhasil datang sesuai janji kita hari ini? (Ya)

“Bagus. Dan, Anda tidak menemui kesulitan untuk tiba kemari?” (Ya)

“Tampaknya di luar sedang hujan…” (Ya)

 

Catatan: Yes-sets yang efektif harus tidak dapat diubah. Hindari pernyataan yang dapat disangkal. “Sedang hujan” tidak dapat disangkal (anggaplah di situ ada jendela), sedangkan kalimat “Ini hari yang cerah, ya kan?” dapat disangkal, terutama jika pasien sedang merasa stress. Juga, hati-hati ketika menggunakan nama sebagai yes-set (“Anda Nyonya Gunawan, bukan?”) kecuali Anda benar-benar yakin memiliki data yang akurat di tangan.

 

 

 

Sumber :
Buku # 2  dari 3 buku terbaru RH Wiwoho yang terangkum dalam
Trilogi Pemimpin, Wanita dan Terapis.

Trilogi # 1 berjudul : Ketika Maju Salah Mundur pun Salah,
Trilogi # 2 : Terapi-terapi Kilat, dan
Trilogi # 3 : Sahabatku Bernama Takut.
Tersedia di toko buku terdekat.

 

………Artkel ini bersambung di bulan Juli  2019

 

 

 

Juni  2019