IndoNLP

Perangkap Uang   Bagian  #1 

 

 

BESAR PASAK DARIPADA TIANG

Lisa Marie Presley, putri mendiang Elvis Presley, mendapat warisan 100 juta dolar dari ayahnya. Namun di tahun 2019 kekayaan bersihnya malah minus 16 juta dolar.

Mike Tyson, yang berhasil meraup penghasilan sebesar 300 juta dolar di sepanjang karirnya, di tahun 2003 malah dinyatakan bangkrut dan menanggung hutang 23 juta dolar.

Kedua contoh tadi menimbulkan pertanyaan mendasar tentang uang. Semua orang menginginkan uang dengan berbagai alasan, motivasi ataupun kebutuhan. Namun apa gunanya mendapatkan banyak uang jika tak memiliki kemampuan untuk mengelolanya?

Amerika Serikat contohnya. Tujuh puluh delapan persen pekerjanya hidup dari gaji ke gaji. Bahkan saat ini negera itu disebut sebagai pemiliki hutang kartu kredit tertinggi dalam sejarah, yakni 80 juta dolar per orang.

Bagaimana dengan di negara kita? Sebelas dua belas. Empat puluh enam persen pekerja hanya punya tabungan untuk bertahan hidup selama 7 hari.

 

Karena itu, kajilah kembali sikap Anda terhadap uang.

  • Apa arti uang menurut Anda?
  • Berapa banyak kebutuhan hidup Anda dan berapa banyak uang yang Anda miliki?
  • Benarkah uang Anda cepat sekali habis?
  • Pernahkah kondisi seperti itu membuat Anda tergiur pada iming-iming cepat kaya dari para affiliator yang membujuk Anda untuk melakukan trading di perusahaan yang ia rekomendasikan?

 

Baik di workshop maupun youtube, saya kerap membahas konten keuangan. Kita sering terjebak pada persepsi bahwa uang terkadang lebih penting ketimbang kemampuan kita dalam memproduksi atau menghasilkan uang. Bahkan dalam beberapa hal, kita kerap mengabaikan akal sehat secara finansial.

Apakah masuk akal jika penghasilan Anda per bulan mencapai 100 juta rupiah, tapi tabungan Anda tak bertambah dan bahkan Anda tak punya apa-apa? Itu namanya besar pasak daripada tiang.

Lalu, dimana kelirunya?

Mari kita coba memecahkan misteri itu, sekaligus menggali pemahaman tentang uang secara lebih baik. Sebuah pemahaman yang tidak kita dapatkan di sekolah manapun.

 

SEDIA PAYUNG SEBELUM HUJAN

Anda tentu familiar dengan nasihat ini:

  • Sedia payung sebelum hujan
  • Makanlah menu 4 sehat 5 sempurna
  • Hemat pangkal kaya

Namun, bagaimana faktanya? Meskipun langit mendung, Anda tetap saja pergi tanpa payung. Bukannya mengkonsumsi makanan sehat, Anda malah memilih makanan cepat saji. Anda juga gemar belanja, dan terkadang bahkan melebihi gaji Anda.

Kok bisa begitu?

Ya, “mengetahui” tanpa menerapkan dengan baik tidak akan menjamin keberhasilan. Artinya, informasi tidak selalu mengubah perilaku.

Mari kita gali lebih dalam.

Banyak sekali orang-orang yang kesulitan untuk menabung, menghemat pengeluaran dan mengelola hutangnya. Termasuk mereka yang telah ikut kelas literasi atau melek keuangan.

Faktanya, sesungguhnya mereka tahu cara memperbaiki keuangannya. Rumusnya sederhana: rajin menabung dan berhemat. Masalahnya, hal itu tidak mudah untuk dilakukan.

Contohnya, tagihan kartu kredit saya masih berupa lembaran yang tercetak dan dikirim melalui kurir. Tentu saja ini menimbulkan biaya, dan hal itu telah berlangsung bertahun-tahun. Padahal, seharusnya saya bisa meminta e-statement dengan biaya gratis.

Saya yakin, banyak sekali orang-orang seperti saya di luar sana. Tahu, tapi tidak melakukannya. Pelajaran finansial seperti ini tidak ada dalam kurikulum pendidikan, karena diperoleh dari penerapan dalam lingkungan dan kehidupan sehari-hari.

Di Amerika Serikat contohnya, hampir 700 juta (Rp. 10.000 triliun) dolar digunakan setiap tahun untuk program pendidikan finansial, namun hanya menghasilkan 0.1% kemungkinan perubahan perilaku-perilaku finansial. Hal ini semakin mengukuhkan bahwa perubahan perilaku bukanlah sesuatu yang mudah diajarkan di pendidikan formal. Ini adalah masalah lingkungan.

Iklan merupakan salah satu buktinya. Kini iklan menjadi lebih terpersonalisasi, konten-kontennya menjadi lebih menarik, dan semuanya berfokus pada pengeluaran. Ajakan untuk menghabiskan uang telah menjadi lebih pintar, lebih cepat, dan lebih efisien.

PR untuk Anda adalah: Lebih mudah mengubah lingkungan atau mengubah sikap Anda terhadap lingkungan?

 

BAGIAN I : UANG ADALAH AKAR DARI SEGALA KEJAHATAN?

Uang seringkali dimaknai sebagai medium of exchange, unit of account dan store of value.

Uang adalah suatu benda yang diterima secara umum oleh masyarakat untuk mengukur nilai, menukar, dan melakukan pembayaran atas pembelian barang dan jasa.

Uang juga berfungsi sebagai satuan hitung (unit of account) karena uang dapat digunakan untuk menunjukkan nilai berbagai macam barang atau jasa yang diperjualbelikan, menunjukkan besaran kekayaan, dan menghitung besar kecilnya pinjaman.

Uang adalah penyimpanan nilai (store of value) atau valuta yang memiliki nilai dari waktu ke waktu. Dalam hal ini, uang dapat digunakan untuk mengalihkan daya beli masa sekarang ke masa yang akan datang serta untuk mengumpulkan kekayaan.

Menurut saya, uraian itu belum cukup menjelaskan tentang apa yang sebenarnya diwakili oleh uang.

Cara yang lebih baik untuk memahami uang adalah dengan melihat ekspresi nilai yang Anda serahkan. Yaitu, sejumlah uang tertentu yang Anda serahkan untuk membeli sesuatu karena Anda menganggap nilainya setara dengan jumlah uang yang Anda serahkan.

Mengapa fokus pada “uang sama dengan nilai” menjadi begitu penting? Karena sering kali kita memberikan nilai moral pada uang.

Mungkin Anda pernah mendengar “Uang adalah akar dari segala kejahatan”.

Melihat seseorang yang kaya raya, yang berkelebat di benak kita adalah: mereka beruntung, siapa yang mereka manfaatkan untuk mencapai posisi itu, dan siapa yang harus kalah agar mereka mendapatkannya.

Tidak pernah berpikir: nilai apa yang diciptakan untuk menghasilkan uang itu.

Memahami bahwa uang hanyalah nilai, adalah cara terbaik untuk meyakini bahwa uang tidak selalu jahat dan juga tidak membuat seseorang menjadi jahat. Bila para scammer atau affiliator meyakinkan Anda bahwa apa yang mereka jual adalah nilai yang berharga, sesungguhnya hal itu tidak berbicara banyak tentang uang. Itu lebih mengarah pada persoalan moral mereka sendiri yang melakukan scamming.

Uang memberi pilihan pada Anda dan memperluas wawasan Anda. Pilihan yang Anda buat dengan uang itu semuanya berkaitan dengan disposisi moral Anda sendiri. Namun uang tidak bisa diekspresikan dengan moral seseorang.

Pendek kata, uang adalah ekspresi nilai.

Sebagai sebuah ekspresi nilai, sekarang bagaimana hal ini mengubah realitas seseorang yang hidup dari gaji atau mengandalkan kartu kreditnya?

Jika pandangan sederhana bahwa “uang sama dengan nilai” tidak mengubah apa pun, saatnya kita mesti melihat uang dalam perspektif yang berbeda.

PR Anda berikutnya adalah, bagaimana hubungan Anda dengan uang?

 

……….berlanjut ke bulan depan, – Perangkap Uang   Bagian  #2 

 

Channel Youtube RH Wiwoho
 

Link Youtube:    Perangkap Uang   Bagian  #1 

 

Maret  2024