IndoNLP

Solusinya ada pada masalahnya itu sendiri.
Bagaimana mungkin?

Metafora dari Milton Erickson di bawah ini merupakan jawaban dari teka-teki di atas. Di dalamnya terkandung banyak pembelajaran tentang bagaimana sebaiknya keluarga dan orangtua bereaksi terhadap masalah anaknya, bagaimana sebaiknya kita belajar mengendalikan diri, dan seterusnya. Beginilah versi lengkapnya:

Seorang ibu membawa putrinya yang berusia sebelas tahun menemui saya. Begitu mendengar kebiasaannya mengompol, saya meminta si ibu untuk keluar ruangan dengan keyakinan bahwa si anak dapat menceritakan hal itu pada saya.

Gadis kecil ini menceritakan beberapa hal, yakni bahwa pada masa bayinya dia mengalami infeksi saluran kencing, lalu dia dirawat oleh seorang ahli penyakit kelamin, dan infeksi tersebut berlangsung selama lima atau enam tahun, atau bahkan mungkin lebih. Dia diperiksa dengan sistoskop secara rutin, ratusan kali, sampai akhirnya diketahui sumber infeksi berasal dari ginjalnya. Sumber penyakit itu sudah diangkat dan selama empat tahun ini dia sudah terbebas dari infeksi tersebut. Karena telah mengalami ratusan kali diperiksa dengan sistoskop, kini kandung kemih dan otot saluran kencingnya melebar, sehingga begitu kandung kemihnya menjadi rileks saat dia tidur, air kencingnya mudah keluar. Hal itulah yang menyebabkan dia mengompol setiap malam. Pada siang hari, dia dapat mengendalikan kandung kemihnya, kecuali jika dia tertawa. Relaksasi yang terjadi seiring tawa itulah yang membuatnya mengompol.

Orangtuanya merasa bahwa sejak ginjal gadis kecil itu diangkat dan terbebas dari infeksi selama beberapa tahun ini, dia perlu belajar untuk mengendalikan dirinya. Dia punya tiga adik perempuan yang senang mengejek dan mengolok-oloknya, sehingga semua ibu di kompleks perumahannya tahu bahwa dia sering mengompol. Pun semua anak di sekolahnya, dua atau tiga ribu orang, tahu kalau dia sering mengompol di malam hari dan jika dia sedang tertawa. Akhirnya dia menjadi bahan olokan.

Postur gadis kecil ini sangat tinggi, sangat cantik, berambut pirang, dengan rambut panjang mencapai pinggangnya. Sesungguhnya dia gadis yang sangat menawan. Tapi kini dia diasingkan dan diolok-olok; tuntutan terhadap dirinya jauh lebih banyak dari yang bisa dia lakukan. Dia harus menghadapi rasa iba dari para tetangga serta cemoohan dari adik-adik dan teman-teman sekolahnya. Dia tidak bisa merasakan asyiknya mengobrol saat menjelang tidur atau menghabiskan malam bersama saudara karena kebiasaannya mengompol tersebut.

Saya bertanya padanya apakah dia pernah menemui dokter lain sebelumnya. Dia berkata bahwa dia sudah menemui banyak sekali dokter, sudah menelan satu tong pil dan satu kardus obat, namun tidak membantu menyembuhkannya.

Saya katakan padanya bahwa saya sama seperti halnya dokter-dokter lain, saya juga tidak dapat menolongnya. “Sesungguhnya KAMU SUDAH MENGETAHUI SESUATU, NAMUN KAMU TIDAK MENYADARINYA. Segera setelah kamu mengetahui apa yang sudah kamu ketahui tetapi tidak kamu sadari itu, kamu akan mulai berhenti mengompol.”

Lalu saya berkata lagi, “Saya akan mengajukan suatu pertanyaan yang sangat sederhana dan saya menghendaki sebuah jawaban sederhana pula. Inilah pertanyaannya: Jika kamu duduk di kamar mandi sedang buang air kecil, lalu tiba-tiba ada orang asing menyembulkan kepalanya di depan pintu, apa yang akan kamu lakukan?”

………… artikel ini bersambung di bulan Agustus 2015

Sumber :
Buku # 1 dari 3 buku terbaru RH Wiwoho yang terangkum dalam
Trilogi Pemimpin, Wanita dan Terapis.

Trilogi # 1 berjudul : Ketika Maju Salah Mundur pun Salah,
Trilogi # 2 : Terapi-terapi Kilat, dan
Trilogi # 3 : Sahabatku Bernama Takut.
Tersedia di toko buku terdekat.

Juli 2015