“Orang membeli bukan karena kebutuhan,melainkan karena tekanan sosial.”
Demikian kata-kata seorang pakar ekonomi bernama John Kenneth Galbraith [1958]. Artinya, orang mengukur kemakmuran bukan berdasarkan berapa banyak uang yang mereka dapat, atau berapa banyak barang yang mereka beli/konsumsi, melainkan berdasarkan berapa yang mereka dapat atau konsumsi “dibandingkan” dengan orang lain yang mereka kenal.
Contoh 1.
Dua pakar A. Tverksy dan D. Griffin dalam buku Strategy and Choice [1991] membenarkan asumsi di atas. Lewat sebuah survei klasik, mereka meneliti fenomena tadi. Sekelompok orang yang disurveinya mengatakan bahwa mereka lebih memilih bekerja di perusahaan yang menggaji mereka US$ 3.000 per bulan tetapi karyawan yang lain juga digaji sama, US$ 3.000 per bulan, daripada bekerja di perusahaan serupa yang menggaji mereka US$ 3.500 tetapi karyawan yang lain digaji US$ 4.000. Meski penghasilan absolut mereka lebih kecil di perusahaan pertama, mereka lebih bahagia bekerja di sana daripada di perusahaan kedua. Orang lebih suka “menjadi ikan besar di kolam kecil” daripada “ikan besar di laut yang penuh dengan ikan paus”.
Contoh 2.
S.J Solnick dan D. Hemenway dalam Is More Always Better? [1998] juga mensurvei fenomena di atas, namun dengan tema yang berbeda: kecantikan. Dalam sebuah survei kreatif, responden ditanyai lebih suka berada dalam situasi yang mana:
Pilihan 1: Kecantikan Anda nilainya 6, orang lain 4
atau
Pilihan 2: Kecantikan Anda nilainya 8, orang lain 10
Hasilnya? Ternyata 75 persen orang lebih suka berada di pilihan 1 daripada 2. Bagi kebanyakan orang, kecantikan relatif lebih penting daripada kecantikan absolut. Bahkan sepasang pakar Nicholas A. Christakis dan James H. Flower dalam Connected [2010] mencoba menerapkan survei ini terhadap mahasiswi Harvard University. Tanggapan mereka? Ternyata mereka malah lebih tak imbang lagi: 93 persen menyukai pilihan 1 dan 7 persen menyukai pilihan 2. Kalau kebetulan Anda sedang berada di pesta pernikahan, iseng-iseng cobalah tanyakan kepada para pagar ayu (pengiring pengantin wanita) tentang rasa percaya diri (PD) mereka ketika memakai kostum yang menurut mereka kurang pas. Lagi-lagi orang lebih suka menjadi “ikan besar di kolam kecil”.
………Artkel ini bersambung di bulan Juni 2017
Sumber :
Buku # 3 dari 3 buku terbaru RH Wiwoho yang terangkum dalam
Trilogi Pemimpin, Wanita dan Terapis.
Trilogi # 1 berjudul : Ketika Maju Salah Mundur pun Salah,
Trilogi # 2 : Terapi-terapi Kilat, dan
Trilogi # 3 : Sahabatku Bernama Takut.
Tersedia di toko buku terdekat.
Mei 2017