IndoNLP

JUTAWAN TUNA NETRA

Alkisah…

Di samping gerbang sebuah jembatan di kota Vienna, duduklah seorang pengemis tuna netra. Hampir setiap hari ia menggelar tikar dan duduk di situ sambil memainkan biola tuanya. Sebuah kotak kardus usang ia letakkan di dekatnya. Dia berharap orang-orang yang mendengar gesekan biolanya akan terketuk hatinya dan memberinya uang receh.

Suatu hari seorang pria berjubah panjang melintas di situ. Pria itu memperhatikan bagaimana si pengemis tuna netra memainkan biolanya. Meskipun banyak yang melintas, tapi mereka mengacuhkannya.Tak ada yang mau memberinya receh. Pria itu lalu menghampiri si pengemis, bermaksud meminjam biola tuanya. Si pengemis langsung menolak, sambil berkata : “Tidak bisa! Biola ini hartaku satu-satunya!”

Pria asing itu berusaha membujuk dan berjanji hanya akan memainkan sebuah lagu saja. Dengan setengah terpaksa, akhirnya si pengemis mengulurkan biolanya. Pria berjubah itu dengan setengah berbisik mengatakan.. “Saya akan beri contoh padamu cara memainkan biola dengan perasaan …. penghayatan… dan menyatu dengan lagunya.

Bukan hanya sekedar memainkan, mencari iba, atau cepat-cepat menyelesaikan lagunya saja.” Pria berjubah itu mulai memainkan sebuah lagu dengan penghayatan luar biasa, indah dan syahdu.

Di tangannya, suara biola tua yang sama bisa menjadi sangat halus dan menyentuh hati. Semua orang yang lewat dibuatnya berhenti. Mereka berkumpul mengelilingi kedua orang itu. Makin lama kerumunan penonton semakin banyak. Semua orang terpana dan terhanyut oleh gesekan biolanya. Begitu pun si pengemis tuna netra itu. Ia menjublak, tidak dapat berkata-kata.

Kotak kardus yang tadinya kosong melompong kini telah penuh dengan uang receh dan lembaran. Bahkan sampai tumpah-tumpah. Saking banyak orang yang terhanyut, tak terasa sudah beberapa lagu dimainkannya. Dirasa cukup, akhirnya ia mengakhiri permainannya. Sambil mengucapkan terima kasih, ia mengembalikan biola kepada si pengemis dan berpesan: “Sekarang pulanglah… Pakailah uang ini untuk membeli pakaian yang layak. Mandilah yang bersih, dan rapikan rambut serta jenggotmu…

Mulai besok, dengan penampilan barumu, bermainlah seperti yang aku katakan dan contohkan tadi.” Sambil berlinang air mata dan gemetar, si pengemis mengucapkan terimakasih. Pria berjubah itu hanya tersenyum, lalu beranjak perlahan meninggalkan tempat itu.

 

KEESOKAN HARINYA

Sang pengemis tuna netra sudah kembali duduk di tempat yang sama dengan penampilan yang berbeda. Ia memakai setelan jas, rambut dikucir, janggut rapi, dan sedikit semprotan parfum beraroma lembut. Perlahan-lahan ia mulai memainkan biolanya dengan halus dan sepenuh hati. Bunyinya terdengar sungguh indah dan syahdu.

Dalam waktu sebentar saja orang-orang yang lewat kembali berkerumun. Mereka menikmati 1 – 2 lagu sambil memasukkan uang ke dalam kotak. Kardus dekilnya sudah berganti menjadi kotak yang cukup besar. Sejak hari itu, pria tuna netra ini tidak lagi disebut pengemis. Orang menyebutnya “Seniman Jalanan” yang gesekan biolanya sangat menghibur para pejalan yang lewat.

Nasib si pengemis tuna netra sudah berubah. Dan… dia tidak pernah tahu, siapa pria yang telah menolongnya. Apakah Saudara tahu siapa pria berjubah panjang itu ?

 

PAGANINI

Dialah Nicollo Paganini, sang maestro biola yang telah memberi bantuan sesuai dengan profesinya. Bukan uang yang ia berikan, tetapi sebuah model. Sebuah resep sukses yang sangat-sangat berharga.

 

Setidaknya ada tiga pesan bijak yang bisa kita petik dari kisah tadi.

*Pertama*: banyak cara bagi kita untuk menjadi seperti Paganini dalam membantu orang lain.

Lakukanlah sesuai dengan KEMAMPUAN dan TALENTA kita.

Jadikanlah hidup ini PENUH ARTI dengan cara membantu sesama.

KEBAHAGIAAN yang hakiki bukan berapa banyak orang mengenal kita, namun berapa banyak orang yang hidupnya menjadi bahagia karena kita.

 

*Kedua*: sebagai modeler, Paganini dengan sangat gamblang menuliskan resep suksesnya.

Ia melakukannya lewat fisiologis dengan memberi contoh cara memainkan biola yang benar.

Ia juga memberi saran secara detil mengenai penampilan, busana dan profesionalisme.

 

*Ketiga*: sesungguhnya kesuksesan ada di tangan pengemis tuna netra ini.

Andaikan dia menolak semua ilmu yang diberikan sang maestro, niscaya semua perubahan ini tidak akan terjadi. Dia memiliki sistem keyakinan bahwa: bila tidak mencoba maka peluang keberhasilannya 0%. Bila mencobanya, maka peluangnya menjadi fifty-fifty.

 

Apa ruginya untuk mencoba?

Toch tidak ada resikonya.

Jadi, inilah rahasia sukses modeling:

* Memiliki sistem keyakinan yang benar;

* Melakukan apa yang diresepkan sang modeler; dan

* Melakukan penyempurnaan yang diperlukan agar semakin pas dengan dirinya.

 

Anda tentu ingat adagium ini:

“Bukankah Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu kaum, bila kaum itu tidak mau berubah?”

 

Terima kasih.

 

 

 

Sumber:  
Channel Youtube RH Wiwoho
 

Link Youtube : JUTAWAN TUNA NETRA

 

 

 

September  2020