Artikel ini adalah lanjutan dari sebelumnya, jika belum membaca klik disini
Kisah lain dari pengalaman saya pribadi. Waktu itu saya masih kuliah di Los Angeles (LA). Suatu hari kawan-kawan satu apartemen mengajak saya pergi ke Las Vegas untuk berakhir pekan. Kami sepakat menyewa mobil jenis van sehingga masing-masing tidak perlu membawa kendaraan.
Perjalanan dari LA ke Las Vegas memakan waktu lebih dari empat jam, oleh karena itu kami sepakat bergantian menyetir van tersebut. Lepas dari LA, kami memasuki negara bagian Nevada. Pemandangan yang terhampar hanyalah bukit-bukit tandus yang menjemukan serta gurun-gurun pasir yang panasnya sangat menyengat kulit tubuh. Saking bosannya, beberapa kawan mulai tertidur dan kini giliran sayalah yang menyetir mobil. Saya melirik ke arah indikator tangki bensin, tampaknya isi tangki tidak cukup untuk membawa kami sampai ke Las Vegas.
Di sepanjang perjalanan terdapat banyak sekali SPBU yang menjual bahan bakar, mulai dari Chevron, Shell, Arco sampai merek-merek yang sampai kinipun saya tidak ingat lagi apa namanya. Kebanyakan SPBU-SPBU ini letaknya di perempatan jalan besar. Mereka bersaing memasang signboard berukuran raksasa dengan daftar harga bensin per galon (unleaded, super dst), di mana sewaktu-waktu harga ini bisa berubah. Karena perbedaan harga yang tidak terlalu signifikan – terutama bensin yang kualitas oktannya sama – maka saya tidak ambil pusing.
Berhubung saat itu saya yang sedang memegang kemudi, maka sayalah yang berhak menentukan di mana kami akan berhenti untuk mengisi bahan bakar dan sekaligus beristirahat sejenak untuk melemaskan otot-otot yang penat sepanjang perjalanan.
Setelah beberapa kali melewati SPBU, tiba-tiba mata saya terpaku pada sebuah SPBU berikutnya. Secara refleks pedal rem saya injak dan kemudian mobil saya belokkan ke arah SPBU tersebut. Di situlah akhirnya saya membeli bensin.
Apa yang membuat saya tiba-tiba memutuskan untuk berhenti di SPBU itu? Tulisan ini jawabannya: “Toilet kami yang paling BERSIH di area ini.”
***
Dari cerita Patrick di atas, kalimat “Apa rasanya kalau ANDA lapar?” punya dampak yang luar biasa. Kata-katanya sangat kuat di benak si pengambil keputusan, yakni para tamu yang memang mungkin sebagian besar sedang kelaparan ketika memasuki resto tadi.
Begitu pun dengan pesan “Toilet kami yang paling BERSIH di area ini,” punya dampak yang luar biasa. Kata-katanya sangat kuat di benak si pengambil keputusan (dalam hal ini adalah saya) yang memang merasa jauh lebih memilih kebersihan sebuah toilet ketimbang harga bensin yang bedanya tidak seberapa, apalagi nantinya akan dibagi rata juga dengan teman-teman.
Ini merupakan teknik penjualan dan pemasaran yang dalam NLP sebutannya adalah melakukan pacing–leading.
Selamat mengeksplorasi serta mengaktifkan ‘tombol membeli’ para pelanggan Anda!
Sumber :
– Majalah SWA 17/XXVI/12-22 Agustus 2010.
– Salah satu tulisan dalam buku Serial Beras Kencur #4 : Terapi-terapi Kilat.
Desember 2010