IndoNLP

PUNYA ANAK KERAS KEPALA : BAIK ATAU BURUK ?

 

Sahabat, hidup rukun dan harmonis di dalam keluarga adalah dambaan setiap orang. Siapa sih yang mengharapkan ada pertengkaran antar anggota keluarga? Nyatanya, orangtua sering bertengkar masalah anak.

Kalau sampai hal itu terjadi dalam keluarga Anda, mari kita belajar dari Virginia Satir, sang legenda family therapy.

Suatu hari Virginia Satir kedatangan pasien sebuah keluarga, dan inilah cerita lengkapnya. Sang ayah adalah seorang bankir yang sangat profesional dan prudent (hati-hati), laki-laki yang sangat bertanggung jawab pada keluarga dan keras pada pendiriannya. Sedangkan si ibu, sangat kompromistis dan banyak mengalah terhadap anaknya.

Mereka punya anak gadis yang kebetulan mewarisi sifat kombinasi ayah dan ibunya. Anak ini menganggap ayahnya adalah ayah terjahat dan ibunya adalah ibu terbaik sedunia. Anehnya, perilakunya justru menuruni sifat bapaknya: sangat keras kepala.

Sang ayah ingin menjalani terapi keluarga, karena menganggap istrinya tidak becus mendidik dan mengendalikan putri mereka, sehingga menjadi anak yang sangat keras kepala dan susah diatur. Sekali bilang tidak, sampai kapan pun tetap tidak.

Beginilah jalannya terapi:

“Anda seorang bankir profesional yang sukses, bukan?,” tanya Virginia Satir. “Ya,” jawab si Ayah.

“Apakah semua ini Anda dapatkan dari langit? Apakah orang tua Anda pemilik sebuah bank dan berkata: Nak, kuserahkan bank ini padamu dan sekarang engkaulah yang jadi bosnya. Apakah begitu?”, lanjut Virginia.

“Tidak. Saya merangkak dari paling bawah. Saya berjuang dari nol,” tukas si Ayah. “Jadi, Anda termasuk orang yang ulet dan gigih, bukan?,” kata Virginia. Si Ayah mengiyakan: “Ya. Kurang lebih begitu.”

Virginia melanjutkan pertanyaannya: “Ok. Sebagai bankir profesional yang penuh kehati-hatian, tentu Anda penuh pertimbangan dalam memutuskan sesuatu. Termasuk menolak permohonan nasabah apabila itu akan merugikan Anda, benar begitu?”

“Tentu saja,” jawab si Ayah mantab. Virginia segera melanjutkan kata-katanya: “Maksud saya, Anda memiliki sifat sangat keras kepala dalam melindungi dan mempertahankan diri Anda dari upaya penipuan. Betul?”

Si Ayah lagi-lagi mengiyakan kata-kata Virginia: “Ya, tapi saya kira Anda tidak bisa membiarkan hal ini terjadi di luar kontrol.” “Ya, saya setuju. Sekarang coba cermati anak gadis Anda, dan sadari bahwa selama ini Anda telah mengajarkan padanya sifat keras kepala dan hidup mandiri. Saya kira ini sebuah pelajaran penting untuknya. Ini sebuah hadiah berharga dari ayah untuk putrinya, yang tidak dapat dibeli di mana pun di dunia ini. Pelajaran yang tidak diajarkan di sekolah manapun. Ini sesuatu yang bisa menyelamatkan kehidupannya kelak.

Bayangkan, betapa berharganya pelajaran Anda, bila suatu saat putri Anda memiliki pacar yang bermaksud memperdayainya. Dia akan menolak dan terus menolak, karena dia keras kepala. Dia tidak akan gampang termakan rayuan si pacar. Sekali bilang “tidak”, selamanya akan tetap tidak,” beber Virginia.

Si Ayah tertegun mendengar kata-kata Virginia! Apa yang baru saja ia dengar adalah sesuatu yang benar. Ayah mana yang tidak senang dan bangga bisa memberi bekal berharga untuk anak gadisnya? Ini adalah contoh mengubah ‘bingkai’ (frame) tanpa mengubah kejadian.

Si anak tidak berubah dan situasinya pun tidak. Yang berubah hanyalah sudut pandang si ayah. Virginia cuma memberi bingkai baru pada perilaku lama, sehingga persepsi si ayah berubah. Apakah Anda senang memiliki anak yang keras kepala? Tentu saja, dalam konteks dia mempertahankan religiusitasnya. Dan juga pada saat dia menjaga nilai-nilai, etika dan harga dirinya.

 

 

Sumber:  
Channel Youtube
RH Wiwoho
 

Link Youtube: PUNYA ANAK KERAS KEPALA : BAIK ATAU BURUK ?

 

 

 

Nopember 2020