Beberapa riset mengatakan bahwa orang akan mengingat sebuah informasi dengan lebih mudah bila informasi itu dirancang dalam ‘tiga’ kuplet. Ini mengingatkan kita akan kuantitas luar biasa dari konsep ‘triplets’ yang setiap hari kita temui.
Otak manusia baru bisa mengingat hal-hal dengan lebih mudah ketika inputnya masuk ke otak dalam bentuk ‘rancangan 3’.
Sebagai contoh, selama pertandingan olah raga berlangsung, kita mendengar bunyi aba-aba ‘bersedia, siap, lari’ (ready, steady, go); rambu lalu-lintas berubah dari lampu merah ke kuning dan kemudian hijau; kita makan tiga kali sehari, kita minum obat tiga kali sehari, belajar semudah ABC, tiga hal dalam pelajaran Personal Power : Methodology, Technique and Attitude. Trias Politika: Legislatif, Eksekutif dan Yudikatif.
Daftarnya akan tiada habis-habisnya, namun sekarang sebuah studi menambahkan kekuatan angka 3 yang baru. Menurut riset ini, sebuah opini akan diserap lebih dalam bila semakin sering diulang – bahkan oleh orang yang sama bila ia mengulanginya tiga kali dalam waktu yang relatif pendek. Pengulangan seperti ini keampuhannya 90% serupa dengan tiga orang berbeda yang membuat opini yang sama.
Dalam serial 6 kali eksperimen yang melibatkan 177 orang di sebuah universitas di Inggris, hal yang menarik adalah hasilnya tetap valid meski orang yang diriset tahu bahwa opini yang sedang disampaikan datangnya hanya dari satu orang saja.
Apa pasal? Nampaknya hal ini berkenaan dengan cara otak manusia mengingat sebuah hal. Pengulangan, pendek kata, meningkatkan akses dari sebuah opini, karena otak mengasumsikan bahwa hal ini tentu punya kepentingan yang lebih tinggi lagi nantinya. Kalau setiap hari kita dijejali opini yang sama dan diungkapkan berulang-ulang pada situasi-situasi yang berbeda, secara tidak sadar, kita merangkum untuk menyimpulkannya dan pada saat seseorang mengulangi sekali lagi opini tersebut kita cenderung merasa lebih yakin lagi.
Hal ini merujuk bahwa ketika sebuah opini berulang-kali dipancarkan oleh sebuah organisasi yang sama (bayangkan oleh sebuah media konglomerasi atau sebuah iklan) nampaknya kita cenderung percaya bahwa hal ini merupakan representasi opini umum (seperti pepatah mengatakan, “tidak ada asap kalau tidak ada api”). Mirip dengan seseorang yang terus menerus mengulangi sesuatu pada dirinya sendiri. Akhirnya ia sendiri menjadi yakin akan opininya tersebut.
Buat orang-orang pemasaran dan penjualan, Anda dapat mengggunakan hasil riset ini. Agar berdampak positif, harap selalu diingat untuk mengulangi pesan-pesan Anda (fitur atau benefit produk/jasa Anda) sedikitnya tiga kali. Kalau tawaran Anda cocok dengan kebutuhan atau keinginan pelanggan, Anda bisa mempengaruhinya hanya lewat mengulanginya saja.
Bahkan ketika Anda sendirian di tengah-tengah calon pembeli potensial Anda, pesan-pesan yang dikemas dengan menarik juga berpotensi meningkatkan akses informasi ini pada saat mereka menyebarluaskannya pada orang-orang lain yang tidak hadir di pertemuan tersebut. Perasaan familier seperti ini kemungkinan besar akan mengarah pada ‘ketertarikan’ yang lebih jauh pada produk/jasa Anda.
Jadi, bila pesan-pesan pemasaran Anda disampaikan dengan apik dan setidaknya diulang tiga kali, pelanggan-pelanggan Anda akan bereaksi ‘berhenti, berpikir dan bertindak ‘ untuk membelinya.
Lagi-lagi ‘Sihir Angka 3’!
Sumber:
Bakul (buku) ke-2 dari serial buku Beras Kencur dengan judul: Perusahaan yang Terhipnosis.
Merupakan buku terbaru RH Wiwoho, terbit Mei 2010.
October 2010