Dennis Prager dalam bukunya Happiness is a Serious Problem [1998] menyatakan bahwa salah satu cara alami paling ampuh untuk meluluhlantakkan kebahagiaan adalah dengan melihat sebuah pemandangan yang indah namun memfokuskan diri pada apa yang hilang atau tidak ada di situ.
Contoh: bayangkan Anda berada di sebuah departemen store dan sedang mengamati sebuah busana yang sangat indah, namun salah satu kancingnya hilang atau tanggal. Tak pelak lagi, Anda akan memfokuskan mata Anda pada kancing baju yang hilang tersebut. Tampaknya, semakin indah busana itu dipandang, semakin tersedot pula fokus Anda pada kancing yang hilang itu. Secara otomatis hal ini akan mempengaruhi Anda dalam menikmati keseluruhan busana yang indah itu.
Kehidupan Tak Sempurna
Kalau kejadian ini terjadi pada sepotong busana atau hal-hal lain yang memungkinkan untuk bisa terpasang dengan utuh, memfokuskan pada rincian-rincian hilangnya kancing boleh jadi merupakan sebuah hal yang menguntungkan. Saya yakin kita tidak ingin seorang dokter mengacuhkan rincian medis yang paling kecil sekali pun, atau seorang perancang busana mengacuhkan sebuah kancing baju yang hilang/tanggal.
Namun, hal-hal yang menguntungkan atau penting dalam dunia fisik ini dapat menjadi hal yang sangat menghancurkan ketika diterapkan pada dunia emosi. Kancing baju, mungkin saja bisa sempurna, tapi kehidupan tidak. Dalam hidup, selalu ada yang namanya “kancing hilang”. Meskipun sesungguhnya tidak ada yang hilang, kita selalu bisa MEMBAYANGKAN kehidupan yang lebih baik lagi sehingga MEMBAYANGKAN ada sesuatu yang hilang.
Dennis Prager menguraikan sindroma kancing hilang ini lewat dua metafora yang sangat menggelitik.
Pertama adalah cerita pengakuan diri seorang kawannya yang kepalanya tidak tumbuh rambut alias botak. “Kapan saja saya memasuki sebuah ruangan, semua yang saya lihat adalah rambut,” kata kawannya ini. “Ketika sedang bersama-sama orang lain, semua yang nampak oleh saya adalah rambut di kepala pria lain,” sambungnya, dan “Ketika saya melihat ke cermin, yang nampak hanyalah sebuah kepala yang botak.”
Kecil kemungkinannya orang ini sadar bahwa kebotakannya tidaklah berarti banyak buat orang lain. Kawan Dennis ini terkejut ketika diceritakan bahwa ternyata orang-orang yang berambut tidak terlalu perduli pria-pria mana saja yang botak. “Umumnya orang-orang berambut tidak pernah menduga bahwa memiliki rambut adalah prioritas kebahagiaan tertinggi buat orang-orang yang botak,” urai Dennis pada temannya.
Buktinya Ada Di Mana-mana
Sindroma kancing hilang bisa dibuktikan di pelbagai konteks. Kalau Anda kelebihan berat badan, maka semua yang Anda lihat adalah pinggang-pinggang ramping dan orang-orang dengan tubuh yang aduhai – seperti halnya teman Dennis yang botak tadi. Bila Anda berjerawat, semua yang Anda lihat adalah wajah-wajah kinclong. Wanita-wanita yang kesulitan punya keturunan setiap hari memfokuskan penglihatannya pada wanita-wanita hamil dan bayi-bayi yang menggemaskan.
***
Contoh kedua dari sindroma kancing hilang dimetaforakan oleh Dennis lewat fenomena jomblo. Dennis menuturkan bahwa ia dan sahabatnya, Joseph, menjomblo sampai pada usia 30-an. Sebagai jomblo, topik yang paling sering dibincangkan tentu saja yang berkaitan dengan kencan dan wanita-wanita teman kencannya. Tema yang paling sering muncul adalah apa yang mereka sebut sebagai “Ciri Terpenting Seorang Wanita (CTSW)”. Dennis mengaku sangat terobsesi untuk menemukan CTSW. Biasanya sehabis berkencan Dennis akan menelpon Joseph untuk menceritakan CTSW seperti apa yang ia temukan. Usai kencan pertama, CTSW berkaitan dengan kepribadiannya; kencan kedua kemolekan tubuhnya; kencan berikutnya sekitar intelegensinya; dan kencan berikutnya lagi sekitar nilai-nilai kebaikan yang dimiliki wanita tersebut, dan seterusnya.
CTSW Sesungguhnya
Suatu hari Dennis ingin mengungkapkan hal penting pada Joseph karena ia pikir sudah menemukan CTSW yang sebenarnya. “Joseph,“ katanya, “Malam ini akhirnya aku menyadari hal terpenting untuk dicari dari seorang wanita, dan aku ingin memberitahu kamu apa itu persisnya.”
Dennis menyadari telah melakukan ketololan selama bertahun-tahun dan Joseph sahabatnya inilah yang akhirnya membukakan mata hatinya. Ketika ia hendak menceritakan temuan CTSW-nya, Joseph memotong, “Dennis, jangan katakan padaku. Aku tahu persis apa yang akan kau katakan.”
“Kok bisa-bisanya kamu tahu?” tanya Dennis. “Kamu ‘kan tidak tahu siapa persisnya wanita ini?!”
“Tidak penting,” jawab Joseph. “Kamu mau bilang bahwa CTSW adalah ciri yang malam itu tidak dimilikinya. Iya ‘kan?!”
Bumm! Tiba-tiba Dennis sadar bahwa selama bertahun-tahun persepsinya tentang CTSW seseorang adalah apa pun ciri yang ia persepsikan hilang dari diri wanita yang dikencaninya. CTSW yang ia cari justru yang tidak dimiliki oleh si wanita tersebut. Karena itu, tidak mengherankan bila ia jomblo sampai usia 30-an. Karena tidak ada satu pun manusia yang sempurna, yang memiliki keseluruhan ciri-ciri yang baik, maka setiap wanita otomatis dipersepsikannya kehilangan CTSW yang seharusnya dimiliki oleh seorang wanita!
***
Saya kira menarik apa yang ditemukan oleh Dennis. Orang sering berpendapat bahwa apa pun yang ia pikir hilang dalam diri orang lain maka itu adalah CTSW-nya. Sebuah ciri yang kita yakini hilang pada diri anak-anak kita akan menjadi CT (Ciri-ciri Terpenting) yang harus ada dalam diri seorang anak. Sebuah ciri yang kita pikir hilang pada diri pasangan kita akan menjadi CT dari seorang suami atau istri yang ideal. Dan lebih menderita lagi, kalau kita lalu mencari ciri ini pada anak-anak orang lain atau pasangan-pasangan orang lain.
Ini adalah cara ampuh untuk membuat diri sendiri menjadi menderita. Memang, merupakan hal yang alami kalau seseorang berfokus pada apa yang hilang dan menganggapnya sebagai CT-nya. “Kecuali kalau Anda bersedia memfokuskan diri pada apa yang Anda PUNYAI,” kata Dennis. “Akhirnya Anda akan terobsesi pada kancing yang hilang dan membiarkannya menjadi hambatan yang amat sulit untuk ditanggulangi dalam meraih kebahagiaan Anda.”
Saya kira Dennis benar.
Sumber :
Buku # 1 dari 3 buku terbaru RH Wiwoho yang terangkum dalam
Trilogi Pemimpin, Wanita dan Terapis.
Trilogi # 1 berjudul : Ketika Maju Salah Mundur pun Salah,
Trilogi #2 : Terapi-terapi Kilat, dan
Trilogi # 3 : Sahabatku Bernama Takut.
Tersedia di toko buku terdekat.
Agustus 2013