Terapi Kilat 2
Leslie Cameron-Bandler, salah satu developer NLP, suatu saat menangani seorang pasien yang cukup ekstrim. Pasiennya adalah seorang ibu rumah tangga yang amat sangat pembersih, sebuah perilaku yang bisa dikatakan sangat kompulsif. Bayangkan, seorang pembersih yang bahkan bola lampu pun ikut dibersihkan! Sebenarnya keluarga si ibu berjalan sangat baik, kecuali dalam satu hal: cara si ibu memperlakukan karpetnya. Dia akan menghabiskan waktunya berjam-jam hanya untuk meyakinkan bahwa tidak ada seorang pun yang menginjak karpetnya. Bukan soal kotor atau debu bekas injakan kaki orang, jejak kakilah (footprint) masalahnya.
Pada dasarnya dia figur seorang ibu rumah tangga yang profesional. Dalam satu hari dia bisa membersihkan karpet tiga sampai tujuh kali. Kapan saja si ibu melihat ada jejak kaki di karpetnya, dia akan terbirit-birit mengambil vacuum cleaner dan mulai membersihkannya sambil mengomel. Sebagian besar waktunya habis hanya untuk meyakinkan bahwa tidak ada seorang pun yang menginjak karpetnya dengan menyuruh anggota keluarganya lewat pintu belakang atau memaksa orang melepas sepatu serta berjalan dengan pelan-pelan.
Kecuali Anda Jet Lee atau ahli Kung Fu lainnya, saya kira tidak ada seorang pun bisa menginjak karpet tanpa meninggalkan jejak kaki. Anehnya, hal ini tidak jadi masalah bila terjadi pada karpet orang, misalnya di restoran atau hotel. Ketiga anaknya tentu amat terganggu dengan sikap sang ibu terhadap karpetnya!
Cara Leslie melakukan terapi terhadap si ibu seperti ini:
“Saya ingin ibu memejamkan mata dan lihat karpet ibu… dan bayangkan tidak ada satu jejak kaki pun di sana… Bersih dan lembut bulu-bulunya – tidak ada sebuah noda pun di sana.”
Si ibu memejamkan matanya, merasa terbang ke surga ketujuh dan senyum pun menghias bibirnya.
Kemudian Leslie melanjutkan, “Dan sadari sepenuhnya bahwa ini artinya ibu benar-benar sendirian di rumah… dan orang-orang yang ibu cintai dan kasihi entah berada di mana.”
Ekspresi si ibu tiba-tiba berubah drastis, kelihatan cemas dan tertekan!
Kemudian Leslie melanjutkan, “Sekarang, letakkan jejak kaki di sana… dan lihat jejak kaki itu… dan sadari bahwa orang-orang yang paling ibu sayangi di dunia ini ada di dekat ibu.”
Apa yang terjadi? Tiba-tiba dia merasa gembira lagi!
***
Sebagai terapis ada dua manuver yang bisa dilakukan Leslie.
Pertama adalah, memaksa seluruh anggota keluarga si ibu untuk ikut membersihkan karpet atau tidak meninggalkan jejak kaki ketika menginjaknya. Dan saya kira, si ibu juga sudah sering mencobanya, namun tidak berhasil.
Kedua, mengubah persepsi si ibu dengan cara mengubah arti dari jejak kaki. Kejadiannya tidak diubah, namun arti-nya diubah. Kalau sebelumnya jejak kaki identik dengan perasaan negatif, kini jadi perasaan positif. Leslie dengan elok memakai cara kedua.
Sekarang, percayakah Anda bahwa terapi kilat itu bisa? Sebenarnya terapi itu sederhana – meskipun tidak mudah, tentu saja.
###
Sumber :
Buku # 2 dari 3 buku terbaru RH Wiwoho yang terangkum dalam
Trilogi Pemimpin, Wanita dan Terapis.
Trilogi # 1 berjudul : Ketika Maju Salah Mundur pun Salah,
Trilogi # 2 : Terapi-terapi Kilat, dan
Trilogi # 3 : Sahabatku Bernama Takut.
Tersedia di toko buku terdekat.
Januari 2019